Jejak Digital Bertahan Abadi Meski Sudah Dihapus, Waspadai Bahaya dan Bagaimana Cara Menghindarinya

Table of Contents

Ternyata selama berinteraksi di internet, semua privasi kita terekam dalam jejak digital. Bahayanya meski sudah dihapus, jejak digital bertahan abadi. 

Jejak digital adalah istilah yang mengacu pada data atau informasi yang ditinggalkan oleh seseorang ketika menggunakan internet atau perangkat digital lainnya. Jejak digital dapat berupa aktivitas online, seperti situs web yang dikunjungi, email yang dikirim, komentar yang ditulis, media sosial yang digunakan, atau transaksi yang dilakukan. Jejak digital juga dapat berupa data pasif, seperti alamat IP, lokasi geografis, atau cookie yang disimpan oleh browser.

Foto oleh fauxels, pexels. Jejak Digital Bertahan Abadi Meski Sudah Dihapus

Jejak digital dapat memberikan manfaat maupun risiko bagi penggunanya. Manfaatnya adalah jejak digital dapat membantu seseorang untuk membangun identitas digital, meningkatkan reputasi online, menjangkau audiens yang lebih luas, atau mendapatkan layanan yang lebih personalisasi. Risikonya adalah jejak digital dapat menimbulkan masalah privasi, keamanan, atau etika. Misalnya, jejak digital dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mencuri data pribadi, melakukan penipuan, menyebarkan hoaks, atau melakukan cyberbullying.

Beberapa bahaya jejak digital adalah sebagai berikut yang perlu kita waspadai:

  1. Identitas palsu. Orang lain bisa mencuri data pribadi kita dari jejak digital dan menggunakannya untuk membuat akun palsu dengan tujuan penipuan, pemerasan, atau pelecehan.
  2. Cyberbullying. Orang lain bisa menyalahgunakan jejak digital kita untuk menghina, mengancam, atau mengganggu kita di media sosial atau platform lainnya.
  3. Pencurian data. Orang lain bisa mengakses jejak digital kita yang berisi informasi sensitif, seperti nomor kartu kredit, password, atau dokumen penting, dan menggunakannya untuk kepentingan mereka sendiri.
  4. Reputasi buruk. Jejak digital kita bisa mempengaruhi citra kita di mata orang lain, terutama jika kita pernah melakukan hal-hal yang tidak pantas atau melanggar norma. Jejak digital bisa menjadi bukti yang sulit untuk dibantah atau dihapus.
  5. Diskriminasi. Jejak digital kita bisa menjadi dasar bagi orang lain untuk menilai atau memperlakukan kita secara tidak adil, misalnya dalam hal pekerjaan, pendidikan, atau layanan publik.

Untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut, kita perlu berhati-hati dalam berinteraksi di internet dan menjaga jejak digital kita. Beberapa langkah yang bisa kita lakukan untuk menjaga jejak digital adalah:

  1. Menggunakan pengaturan privasi yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi kita. Pengaturan privasi adalah fitur yang memungkinkan kita untuk mengontrol siapa saja yang bisa melihat atau mengakses jejak digital kita. Setiap platform online biasanya memiliki pengaturan privasi yang berbeda-beda, sehingga kita perlu menyesuaikannya dengan keinginan kita. Misalnya, kita bisa memilih untuk membatasi siapa saja yang bisa melihat postingan, komentar, atau foto kita di media sosial. Atau kita bisa memilih untuk tidak menyimpan riwayat pencarian atau lokasi kita di browser.
  2. Memilih kata sandi yang kuat dan berbeda untuk setiap akun online. Kata sandi adalah kunci utama untuk melindungi jejak digital kita dari orang-orang yang tidak berhak. Kita harus memilih kata sandi yang sulit ditebak oleh orang lain, misalnya dengan menggunakan kombinasi huruf besar dan kecil, angka, dan simbol. Kita juga harus menggunakan kata sandi yang berbeda untuk setiap akun online yang kita miliki, agar jika salah satu akun terbajak, akun lainnya tetap aman.
  3. Menghapus atau menyembunyikan jejak digital yang tidak relevan atau merugikan. Kita mungkin pernah melakukan hal-hal yang menyesal di masa lalu dan meninggalkan jejak digital yang tidak sesuai dengan citra kita saat ini. Kita bisa mencoba untuk menghapus atau menyembunyikan jejak digital tersebut agar tidak terlihat oleh orang lain. Misalnya, kita bisa menghapus postingan atau komentar yang negatif atau ofensif dari media sosial. Atau kita bisa menyembunyikan foto-foto lama yang kurang menarik dari galeri online.
  4. Tidak membagikan informasi pribadi yang tidak perlu atau berisiko. Kita harus berpikir dua kali sebelum membagikan informasi pribadi kita di internet, karena informasi tersebut bisa disalahgunakan oleh orang lain. Kita harus menjaga kerahasiaan informasi-informasi penting seperti nomor kartu kredit, password, nomor telepon, alamat rumah, dan lain-lain. Kita juga harus berhati-hati dalam memberikan informasi pribadi kepada orang-orang yang tidak dikenal atau situs-situs yang tidak terpercaya.
  5. Tidak mudah percaya dengan informasi yang diterima dari internet tanpa verifikasi. Kita harus kritis dan selektif dalam menerima informasi dari internet, karena tidak semua informasi yang ada di sana adalah benar atau akurat. Kita harus melakukan verifikasi terlebih dahulu sebelum mempercayai atau menyebarkan informasi tersebut. Kita bisa menggunakan sumber-sumber yang terpercaya, seperti situs resmi, media massa, atau lembaga penelitian, untuk memeriksa kebenaran informasi tersebut. Kita juga harus menghindari informasi yang bersifat hoax, fitnah, atau provokatif, yang bisa merusak jejak digital kita.

Dengan cara-cara tersebut, kita bisa memanfaatkan jejak digital sebagai aset positif sekaligus melindungi diri dari bahaya negatifnya. Pada intinya, jejak digital adalah privasi yang perlu dijaga keamanannya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Irwan Fyn
Irwan Fyn Guru dan Blogger Pemula. Mari ramaikan.

Post a Comment